Senin, 10 Oktober 2011

Setelah Sipadan dan Ligitan, kini giliran Camar Bulan


Baru beberapa hari yang lalu kota ini diguyur hujan, eh... minggu cerah begini udah mendung lagi. Kayaknya, pawang hujan kurang cespleng nih hari ini... hahahahahaha... soalnya, kalau hari Sabtu dan Minggu begini, pada banyak tuh janur bergelantungan sebagai penanda atau rambu agar yang membawa undangan atau yang di undang ngga nyasar. Dan saudar-saudaraku, hujan merupakan musuh pula buat para mancinger kere sepertiku. Maklum, hanya mengandalkan motor butut doang ditambah spot mancing yang dituju kagak jauh-jauh amat, sehingga kadang-kadang acara mancing berubah jadi acara ngopi di warung... ya itu tadi fren... hujan...

Bagun tidur kuterus mandi, eh nyalain TV. Berita seputar Camar Bulan dan Tanjug Datok di Kabupaten Sambas yang konon bakal dicaplok negara jiran membuat aku tersenyum getir. Separuh hatiku berteriak, jaga kedaulatan negaraku... nasionalis lah hai warga Camar Bulan... serta seabrek-abrek kejengkelanku terhadap negara persemakmuran tersebut meledak-ledak. Soal tapal batas yang bergeser, soal hutan kita yang dijarah oleh cukong-cukong disana, belum lagi soal TKI... urrraggghhhhh....

Separuh lagi berkata sinis... Ah, biarkan sajalah... tokh, di bawah NKRI sekarang, apa penduduk di sana sudah berkehidupan layak? Apa masyarakat di wilayah perbatasan sudah merasa amat sangat nyaman dengan segala ketertinggalannya? (penulis: ngga semua wilayah tertinggal bro...)jadi, Ngga salah kalau Kepala Desa di salah satu kabupaten Sintang sana berteriak bakal mengebarkan bendera negara lain jika mereka tidak diperhatikan... Bah... jadi pusing sendiri nih mikirin negara ini... para pemegang kendali atas Negara ini tidak sempat memikirkan urusan wilayah, tapal batas, apalagi isi perut rakyat... mereka sibuk saling sikut, saling jegal berebut kekuasaan. Yang ada difikiran mereka adalah bagaimana caranya menjaga kursi yang didudukinya sekarang agar tidak dipakai apalagi diduduki kawan maupun lawan... bagaimana caranya melanggengkan kekuasaan... Jadi ingat pula sama celotehan seorang temanku ketika kami mancing sambil ngalor ngidul ngga tentu juntrungnya... Dia bilang, "rasanya, ngga seperti ini visi dan misi tetua kita dahulu untuk memutuskan berdaulat di bawah NKRI..."

Apapun itu... ya udah, yang jelas, Pemerintah maupun rakyatnya harus saling bahu-membahu melindungi setiap milimeter wilayahnya. Pusat maupun Daerah harus saling koordinasi, Jangan udah muncul permasalahan seperti ini baru sibuk saling tuding, mencari kambing hitam. Dan perlu di ingat... jangan mentang-mentang otonomi daerah maka segala permasalahan di timpakan ke Pemerintah daerah setempat, ini batas wilayah dengan negara lain bro...

Kami di sini dituntut menjaga nasionalime, membela tanah air sampai titik darah penghabisan. nah anda yang di lain tempat saya mohon beri dukungan kepada kami... janga hanya bisa teriak ganyang malaysia, hancurkan malaysia... kalau sekiranya benar-benar ribut dan akhirnya kita berperang... kami di sini yang bonyok duluan... kami disini yang duluan kelaparan...

Pendapatan negara dari sektor pajak rasanya, walaupun tidak bisa sekaligus, pasti ada cara dan jalan untuk mengalokasikan sebagian dana tersebut untuk pembangunan wilayah perbatasan, dari Sambas sampai kapuas Hulu sana. Itu udah jadi tugas anda yang punya kewenangan, tugas anda yang kami coblos gambarnya sewaktu pemilu legislatif... untuk bersama-sama merumuskan kebijakan yang paling tidak bisa sedikit mensejahterakan masyarakat perbatasan.

Nah aku sendiri... apa yang aku lakukan???? mumet... mancing aja ahhhh...









Enter your email address:


Delivered by FeedBurner

2 komentar:

  1. Sippp...anda benar2 mancinger..datang saja ke tempat kami. Salam sahabat.

    BalasHapus
  2. @Pak Deh : Hehehehehehe... Saya Mancinger kere Pak Dhe... cuman maen di sungai aja. Insya Allah Pak Dhe... kapan-kapan maen ke sono... thanks komentnya...

    BalasHapus